My Writing

Daftar Isi

"We Are Nothing, but God is Everything"

"The Incomparable Christ"



“We Are Nothing, but God is Everything”
(Updated: 16/02/10)

Yohanes 15:1-8
1. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."


Kita pasti sering mendengar perumpamaan ini, perumpamaan yang begitu indah yang menggambarkan tentang bagaimana kita harus bergantung kepada Tuhan, dan bukan bergantung kepada kekuatan kita sendiri. (Saya hanya akan membahas satu point itu, yaitu Kebergantungan kepada Allah. Sebenarnya dalam perikop ini ada hal lain yang bisa dibahas juga, contohnya ayat 7: mengajarkan bahwa doa yang berdasarkan Firman, adalah doa yang berkenan olehNya)

Allah kita adalah Allah yang mencipta dunia ini. Dan setelah mencipta, Dia tidak meninggalkan dunia ini, melainkan terus dengan setia menopang dunia ini. Allah kita bukanlah Allah yang dipahami oleh pemikiran Deisme. Dimana Allah mencipta dunia ini, tapi Dia tidak menopangnya lagi. Melainkan Ia pergi meninggalkan dunia ini. Tetapi kok dunia ini masih bisa berjalan? itu karena Allah meletakkan dasar dunia ini dalam suatu sistem atau kemampuan yang independent sehingga dunia bisa berjalan sendiri. (Seringkali diilustrasikan dengan "Pembuat jam dengan jamnya", dimana setelah Pembuat jam selesai membuat suatu jam, jam itu akan ditinggalkan, karena bisa berdetak sendiri.)

Ya, Allah kita bukan Allah kaum Deisme. Tapi Allah kita adalah Allah yang senantiasa setia untuk menopang dunia ciptaanNya ini. Tanpa topanganNya, dunia ini tidak bisa apa-apa, akan runtuh. Begitu pun dengan manusia ciptaanNya. Kita dicipta dengan suatu natur, dimana kita harus senantiasa menopangkan diri kita kepadaNya. Tanpa Dia, kita tidak bisa apa-apa.

Coba lihat kejatuhan dosa Adam & Hawa, bukankah salah satu penyebab kejatuhan mereka adalah mereka melanggar natur manusia ini? Mari kita lihat Kejadian 3:4-5

4. Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5. tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Setan menawarkan suatu tawaran yang menggiurkan, "..kamu akan menjadi seperti Allah.." Saya pribadi mengerti tawaran ini dengan pengertian: bahwa manusia bisa menjadi makhluk yang independent.. tidak perlu depend / bergantung lagi kepada Allah. Bukankah seharusnya Hawa berkata, "Hah?? kamu tidak salah?? Menjadi sama seperti Allah? aku mana sanggup seperti itu.. aku hanyalah ciptaan, sedangkan Dia adalah Pencipta. Aku sangat terbatas, melainkan Dia adalah Yang Tidak Terbatas. Tidak mungkin aku menjadi sama seperti Allah."

Ilustrasi yang dapat menggambarkan mungkin seperti ini. Kalau teman-teman tiba-tiba ditanya oleh dekan, "Tolong gantikan saya menjadi dekan selama 2 tahun ini." Teman-teman pasti akan langsung berkata, "Tidak mungkin! mana sanggup jadi dekan. Praktek dokter saja belum pernah, masa jadi dekan. Bahkan, lulus teori saja belum." Reaksi ini adalah reaksi yang benar. Karena kita memang belum berkapasitas untuk menjadi seorang dekan. Bukankah seharusnya reaksi Hawa seperti ini?

Saya masih kurang mengerti makna dari kata-kata Tuhan Yesus, “Tinggalah di dalam Aku & Aku di dalam kamu.” Tapi menurut saya, salah satu pengertiannya adalah kita bergantung penuh kepadaNya melalui doa & FirmanNya berada di dalam kita. [Mungkin teman-teman bisa membantu :)]

Menurut saya, perumpamaan ini menggambarkan 2 hal:
1. Kerendahan Hati
2. Beriman untuk menghadapi tantangan

Kenapa begitu? Ini penjelasannya

1. Kerendahan hati
Tuhan jelas sekali menekankan kepada kita bahwa kita tidak bisa apa-apa tanpa Dia. Benar-benar suatu keadaan yang hopeless tanpaNya.

“..sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”

Dan harus kita perhatikan baik-baik, bahwa yang mengatakan hal ini adalah Tuhan sendiri. Pencipta sendiri yang mengatakan hal ini. Point ini penting sekali. Kenapa? Karena hanya Penciptalah yang mengetahui persis tentang ciptaanNya. Hanya Penciptalah yang tahu betul tentang keadaan ciptaanNya.

Misalnya ada seorang penemu yang menciptakan suatu alat baru. Ambil contoh saja misalnya kursi. Penemu ini pasti tahu betul tentang ciptaanya, apa kelemahannya, kekuatannya, yang mesti diperbaiki lagi, dll.

Maka, saat kita berpikir, “Ah, ini mah saya bisa lakukan sendiri. Tidak perlu Tuhan lah.” Atau mungkin kita tidak berkata seperti itu, tapi dalam hati kita, kita juga tidak merasa terlalu perlu bergantung padaNya. Maka kita harus berhati-hati. Karena yang paling mengetahui sifat dasar kita bukan diri kita sendiri melainkan adalah Tuhan yang menciptakan kita. (Lagipula sudah terbukti sejak kejatuhan Adam & Hawa, manusia merasa dia tidak perlu bergantung pada Tuhan, padahal Tuhan jelas mengatakan, bahwa kita harus bergantung padaNya)

Saya sering mengingatnya dengan kalimat ini, “Kita itu begitu lemah, sehingga untuk bergantung pada Tuhan pun kita perlu terlebih dahulu bergantung kepadaNya.” Maksudnya, untuk kita menggantungkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan dan bukan kepada kemampuan diri sendiri (yang dimana kita sering melupakannya) kita perlu pimpinan Tuhan sehingga kita bisa melakukan hal ini. Seringkali kita merasa mampu dan melupakan bahwa kita ini lemah dan perlu bergantung kepadaNya. Terbukti kita sering berkata, "Ini karena kurang berdoa nih." "Ini karena kurang berserah kepada Tuhan."

Inilah point saya yang pertama, dalam setiap hal bergantunglah kepadaNya. Baik dalam hal yang kita rasa sulit, maupun dalam hal yang mudah. Dan jangan pernah sombong akan setiap keberhasilan kita, karena setiap keberhasilan kita bukan karena kehebatan kita melainkan karena kehebatan Tuhan sendiri

2. Beriman Untuk Menghadapi Tantangan
Tuhan juga sangat jelas menekankan tentang hasil kebergantungan kita kepadaNya. Yaitu,

“..Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,”

Ya betul, kita akan berbuah banyak! Jika kita bergantung kepadaNya, kita akan berbuah banyak! Hal ini berlaku dalam setiap situasi dan keadaan hidup kita, baik keadaan itu mudah atau sulit sekali. Coba kita renungkan hidup para rasul. Tuhan berkata kepada mereka bahwa mereka akan diutus seperti, “domba di tengah serigala.” Wow? Bukankah ini keadaan yang luar biasa sulit? Tetapi bukankah kita lihat buah dari para rasul begitu banyak? Kita lihat saja Rasul Paulus. Seorang rasul yang dapat menobatkan 1 benua!

2 Korintus 11:23-28
23. Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. 24. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, 25. tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 26. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. 27. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, 28. dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.

Tapi bagaimana sikap Paulus?
Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Paulus terus bergantung kepada Dia. Paulus sadar bahwa dirinya hanyalah sebatang ranting yang tidak bisa apa-apa tanpa Sang Pokok Anggur itu. (Perlu kita ketahui, secara penilaian manusia, Paulus adalah orang yang luar biasa hebat, seorang genius yang menguasai dua budaya sekaligus, Yahudi & Yunani. Murid dari Professor Gamaliel. Seorang Farisi yang sangat ketat memelihara hukum Taurat, dll. Tetapi Paulus tidak pernah bergantung pada semua kehebatannya, melainkan hanya kepada Kristus)

Seperti yang dikatakan oleh James Hudson Taylor:
The branch of the vine does not worry, and toil, and rush here to seek for sunshine, and there to find rain. No; it rests in union and communion with the vine; and at the right time, and in the right way, is the right fruit found on it. Let us so abide in the Lord Jesus.

Inilah yang saya maksud. Pertama kita harus rendah hati, mengerjakan hal-hal yang kelihatannya mudah kita tetap harus bergantung penuh kepadaNya. Jangan menjadi sombong dengan kekuatan sendiri. Tapi, yang kedua adalah, ketika kita diperhadapkan dengan hal-hal yang begitu besar, yang membuat kita kecil hati, jangan takut! Karena Dialah yang akan berbuah melalui kita. Dalam setiap kesulitan sebesar apa pun, kita akan berbuah banyak!

Saya pribadi terus merenungkan hal ini, karena saya sedang bergumul untuk menghadapi kehidupan Coas nanti. Saya akan masuk Coas pada bulan Mei 2010. Jujur saya takut, karena saya tahu kehidupan Coas itu berat. Ditambah, saya komitmen untuk tetap pelayanan di Poerista sebagai penilik. Pelayanan sebagai penilik juga adalah sesuatu yang berat. Jujur saya ragu, apakah saya mampu melakukan semua ini. Tapi saat saya mengingat perumpamaan ini, saya beriman kepada janjinya, bahwa saya akan berbuah lebat.

Hal yang terakhir, saya mengutip dari perkataan Martin Luther,
“Doa adalah nafas hidup orang Kristen.”

Saya sangat kagum dengan Martin Luther, karena dia dapat mengkristalkan kebenaran yang begitu dalam hanya dengan satu kalimat. Analogi nafas ini sangat tepat. Manusia tidak bisa hidup tanpa bernafas. Setiap saat harus bernafas, bahkan saat tidur pun bernafas. Otak yang merupakan organ terpenting sangat memerlukan oksigen. Sekitar 5 menit saja kita tidak bernafas, otak mulai mengalami kerusakan yang irreversible. Bayangkan Cuma 5 menit! Kerusakan ini bisa menimbulkan cacat yang seumur hidup! Seberapa kita memerlukan oksigen, maka seberapa itu jugalah kita memerlukan Tuhan.

Saat ini, banyak orang Kristen menganggap doa sebagai,
“Doa adalah kentut orang Kristen”


(Maafkan saya memakai kata seperti itu.. saya sendiri tertawa saat menulisnya.. haha) Tapi menurut saya, sindiran ini cukup tepat untuk kita. Kita seringkali menganggap doa sebagai sesuatu yang boleh dilakukan maupun tidak. Yah, kalau lagi kepengen aja lah doa.. Yah, kalau lagi tune-in aja lah doa.. Yah, kalau lagi mood aja lah doa. Kita benar-benar melupakan bahwa kita membutuhkan doa.

Kiranya renungan ini boleh menjadi dorongan bagi kita semua untuk hari demi hari terus berlutut kepada Tuhan, meminta kekuatan darinya sehingga kita bisa senantiasa berbuah bagi Dia :)


Soli Deo Gloria!
Danny Wiratama




"The Incomparable Christ / Kristus yang Tiada Tara"
(Updated: 14/02/10)

Filipi 1:21
21. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.


Filipi 3:7-9
7. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 8. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, 9. dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

Matius 13:44-46
44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."



Manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki sistem nilai dalam hidupnya. Ia bisa memilah-milah sesuatu (ataupun seseorang) ke dalam kategori: Sangat tidak berharga, tidak berharga, berharga, cukup berharga, sangat berharga, dsb.

Tapi sayangnya, manusia sudah jatuh dalam dosa. Sistem nilai nya sudah diperbudak oleh dosa. Manusia mengkategorikan hal-hal yang seharusnya sangat berharga menjadi sangat tidak berharga.. maupun yang sangat tidak berharga, menjadi sangat berharga dalam hidupnya. Bagi kebanyakan orang, hidupnya diperbudak oleh uang.. uang menjadi yang terindah, tertinggi, dan paling berharga dalam hidupnya. Ingat kata-kata "Time is Money?" .. Waktu yang sebenarnya jauh lebih berharga daripada uang, manusia reduksikan hanya kepada masalah uang saja.

Bagaimana dengan kita? Kita yang sudah ditebus oleh Kristus, melalui kematianNya di atas kayu Salib. Kita yang sudah dilepaskan dari perbudakan terhadap dosa. Yang sekarang diperbudak oleh KebenaranNya. Apakah kita menjadikan Kristus sebagai seseorang yang amat sangat berharga dalam kehidupan kita? Sebagai Harta Terpendam dalam hidup kita? Sebagai Mutiara yang begitu indahnya dalam hidup kita?

Jikalau kita melihat beberapa ayat Alkitab di atas. Jelas sekali bahwa Rasul Paulus memiliki sistem nilai yang benar. Kristus adalah yang amat sangat berharga dalam hidupnya. Bagi Paulus, Kristus tidak terbandingkan oleh apapun & siapapun. Christ is Incomparable . Atau kita lihat dalam perumpamaan dalam Injil Matius. 2 orang yang menemukan sesuatu yang sangat berharga, dan rela melepaskan seluruh yang mereka miliki, hanya untuk memiliki hal yang sangat berharga yang mereka temukan. Bahkan, mereka melakuan itu dengan bersukacita!

Seperti itulah seharusnya hidup orang Kristen. Bersukacita saat mereka bisa menemukan Kristus (saya tidak bermaksud menolak doktrin Sola Gracia. Kita bisa menemukanNya, hanyalah karena kita sudah ditemukan dahulu olehNya).. Apakah kita bersukacita saat kita melepaskan semuanya untuk Kristus? Waktu yang sebenarnya bisa dipakai untuk kesenangan diri sendiri, sekarang harus "dibuang" demi menggenapi kehendakNya? Atau apakah kita melakukannya dengan bersungut-sungut? atau yang paling parah, kita tidak rela melakukannya sama sekali?

Hidup orang Kristen adalah hidup untuk Treasuring Christ Everyday. Menjadikan Dia sebagai yang paling berharga dalam hidup ini.

Marilah kita mencontoh dariNya sendiri. Tanpa kita mengakuinya pun, Kristus memang adalah yang Paling Berharga dalam dunia ini, Dia adalah Allah itu sendiri. Tetapi yang Paling Berharga itu rela mati demi kita yang sebenarnya sangat tidak berharga. Yang Paling Berharga itu menjadikan kita yang sangat tidak berharga menjadi berharga di mataNya. Sampai Ia rela mati di atas kayu salib bagi kita. Kenapa kita yang tidak berharga ini tidak mau menjadikan Sang Paling Berharga sebagai yang paling berharga dalam hidup kita?

Sebagai penutup, saya memberikan ilustrasi.
Seringkali kita mendengar, "Kita adalah biji mataNya." Saya pernah merenung, kenapa ya Tuhan memakai istilah "biji mata"? Menurut saya, karena biji mata adalah salah satu alat indera manusia yang amat sangat peka. Kalau teman-teman matanya kemasukan debu, pasti langsung sakit kan? dan kita langsung berusaha mengeluarkan debu itu dari mata kita. Saya pribadi pernah mengalami keringat saya masuk mata (saat sedang bermain futsal). Sakit sekali. Rasanya tidak tahan. Padahal hanya keringat lho.. keringat yang sama, tidak membuat rasa sakit di kulit saya, di rambut saya. Tapi kalau kena mata.. wah sakit sekali.

Jadi, menurut saya, Tuhan memakai istilah "biji mata" karena bagiNya, kita sangat dikasihiNya, Ia begitu memperhatikan kita, setiap detail kehidupan kita ia perhatikan dengan penuh kasih sayang. Ia tidak mau apa-apa yang tidak baik terjadi pada anak-anakNya.

Tapi inilah pertanyaan yang harus kita renungkan saat ini,

"Apakah kita menjadikan Ia sebagai biji mata kita?"

Apakah kita begitu memperhatikanNya? Apakah kita sensitif / peka terhadap apa yang Ia inginkan dalam hidup kita? Apakah sedikit "keringat" atau dosa yang tidak berkenan kepadaNya akan membuat kita kalang kabut dan segera ingin "mengusap" atau bertobat dari dosa kita sehingga hatiNya tidak terasa perih karena dosa kita? Apakah kehendakNya benar-benar kita cari?Apakah kesalahan sedikit saja terhadap kehendakNya membuat kita khawatir dan segera membuat kita ingin memperbaiki diri?

Mari kita berjuang bersama untuk melawan kedagingan kita sehari-hari, sehingga kita boleh sungguh-sungguh menjadikanNya sebagai yang paling berharga dalam hidup ini.

Kiranya renungan ini boleh menjadi berkat bagi teman-teman sekalian :)


Soli Deo Gloria!
Danny Wiratama

No comments:

Post a Comment